Hati yang Gembira Adalah Obat adalah sebuah buku yang ditulis oleh Mbak @sophienavita dan launching pada tanggal 16 Oktober 2016 (hasil mencari informasinya di laman internet, hihi). Menariknya buku ini adalah dalam kurun waktu 3 bulan, buku ini sudah cetak ulang sebanyak 3 kali juga. Luar biasa ya! Sebagai mantan editor buku di sebuah perusahaan penerbitan buku, saya penasaran dengan isi buku ini. Perjuangan mendapatkan buku ini juga luar biasa, karena saya baru bisa mendapatkan bukunya sekitar satu setengah bulan lalu setelah mencari di empat toko buku di wilayah Jakarta, Bintaro, Alam Sutera, dan Depok! Akhirnya buku ini saya dapatkan di Depok. Mungkin sekarang stock bukunya sudah banyak di toko buku kali ya.
Oke, saya mulai review bukunya ya. Buku ini sebetulnya berisikan curhatan dari @sophienavita tentang perjalanan hidupnya sejak masa kanak-kanak hingga saat ini. By the way, untuk yang lupa ataupun belum tahu siapa itu @sophienavita coba browsing sekarang! Atau sekadar bocoran @sophienavita ini mantan penyiar radio, pembawa acara televisi, dan yang paling saya ingat dulu pernah bermain di sinetron remaja Lupus (sinetron ya ini?) dan sekarang lebih dikenal sebagai raw food chef. Sudah ingat? Kalau belum yasudah lanjutkan baca review ini dulu ya!
Jadi, dalam buku ini @sophienavita menceritakan tentang proses dirinya hingga bisa menjadi seperti dirinya saat ini. Betapa @sophienavita berusaha mengenal dirinya dan menerima dirinya dengan utuh hingga bermetamorfosis untuk kebaikan diri dan keluarganya dengan memilih gaya hidup sehat. Buatku isi cerita di dalam buku ini sangat keren. Di dalam hidup kita pasti pernah mengalami hal-hal yang menyedihkan bahkan ketika kita tidak memiliki pilihan, misalnya kita tidak bisa memilih siapa orangtua kita, dimana kita dilahirkan dan dibesarkan, juga dilahirkan dalam kondisi seperti apa? Berbicara tentang orangtua pun, kita hanya bisa menerima kondisi ini kan (?) tapi satu yang pasti ketika kita mengenal diri kita, maka kita akan lebih mengetahui kemana hidup akan dibawa dengan cara seperti apa.
Mumpung masih bulan Januari 2017, belum telat untuk teman-teman yang masih bingung menentukan resolusi di tahun ini. Buku ini bisa menjadi bumbu penyedap di tengah kegalauan lho. Karena kebahagiaan itu bukan karena apa dan siapa tapi karena hati kita. Hati yang Gembira Adalah Obat, kata-kata di awal buku yang paling mengena buat saya adalah
“Anda memang akan saya ajak berpetualang, lewat pengalaman saya, tetapi saya juga ingin kita saling mengingatkan untuk CINTAI DIRI SENDIRI DULU, baru deh bisa mengurus orang lain.”
Buku ini memang sepertinya akan sangat kena dibaca oleh perempuan, tapi laki-laki juga butuh membaca buku ini. Hihihi kalau saya sudah meminta suami saya membacanya. Hihihi. Buku ini memang sengaja ditulis untuk membangkitkan semangat siapa pun yang membacanya karena mungkin saja Anda pernah mengalami sesuatu yang serupa (hal.13)
Dari 193 halaman dalam buku ini, ada beberapa poin penting yang mau saya highlight, yaitu :
- Sebelum kita mengurusi orang lain, memikirkan hal-hal lainnya, pastikan kita harus mencintai diri sendiri dulu.
- Kita tidak bisa memilih siapa yang menjadi orangtua kita, tapi kita bisa memperbaiki hubungan yang mungkin kurang baik dengan orang tua. Buku ini juga mengajarkan bahwa sekalipun kita pernah terluka oleh orangtua kita setidaknya di masa mendatang kita bisa lebih memahami dan bersikap lebih baik nantinya kepada anak-anak kita. Bahwa peran kasih sayang ayah dan ibu sama pentingnya untuk kehidupan seorang anak.
- Buat yang tinggal di Jakarta, kita rentan dengan stress! Setuju ya? Setuju saja deh. Hihihi. Adaptasi untuk bertahan hidup di Jakarta memang butuh perjuangan dan pengorbanan, setuju? Tetapi mau gimana lagi selama kita masih ada di sini yang penting gimana caranya kita mengendalikan diri sendiri supaya terhindar dari stress yang semakin parah. Setuju? Tapi saya pun yakin bahwa kota Jakarta mengajarkan kita untuk banyak hal. Bertahan, berjuang, dan memahami.
- Memiliki boundaries atau batasan bagi diri di dalam pergaulan itu penting! Saya sependapat banget dengan tulisan di buku ini. Positive vibe lebih menyehatkan, guys! Ya, berkumpulah dengan orang-orang saleh, hihihi.
- Perempuan, do what makes you happy. Tidak perlu over think, over comment tentang perempuan lain agar bisa happy, Ketidakpuasan kepada diri sendiri tidak menjadikannya sah untuk membuat orang lain merasa bersalah atas kelebihan mereka yang tidak kita punya (hal 67-68).
- You learn something new everyday. If you pay attention. You attract things into your life by thinking about them frequently (hal.75).
- Hal menarik lainnya dalam buku ini, dijelaskan sedikit terkait kehamilan, pentingnya ASI, dan bagaimana relasi dengan pasangan (sebaiknya berlangsung).
- Bantulah orang lain dengan ikhlas. Seperti yang ada di halaman 98, “Ketika yang memberi bantuan tidak ikhlas, yang dibantu tidak akan merasakan manfaatnya. Ketika yang dibantu tidak ikhlas dibantu, sekuat apa pun yang membantu memberikan tenaganya, tidak akan pernah niat membantu tersalurkan dan tersamoaikan degan benar.”
- Kalimat lain dalam buku ini yang jleb buat saya, “Release. Letting go. Trusting in the process. All will work in harmony for the best.” Stop the blaming. Enough of the guilt.
- Dari buku ini saya juga baru memahami bedanya veganisme, vegetarianisme, plant-based vegan, junk food vegan, dan istilah-istilah healthy life style yang sekarang sedang naik daun. Mungkin buat yang sedang ikutan terkena trend hidup sehat, ada baiknya betul-betul mempelajari manfaatnya seperti yang Mbak @sophienavita lakukan.
- Di dalam buku ini juga ada beberapa resep raw food nya lho!
Ya, pastilah review yang saya buat tidak menggambarkan secara keseluruhan isi dari buku ini. Satu hal yang pasti judul buku Hati yang Gembira Adalah Obat ini meaningful. Mbak @sophineavita bisa membuat judul seperti itu pun setelah melewati perjalanan panjang dalam hidupnya. Last but not least, untuk menutup review ini saya ingin menyadur closure yang ada di buku dan baik untuk kita pahami. Pertama, know who you really are and what your purpose on earth is. Kedua, forgive-forgive-forgive. Ketiga, berserah-surrender. Keempat, bersyukur, dan kelima berbagi.
So, benarkan kalau hati yang gembira adalah obat?
(by: megatala)
Here, the junk food vegan! thank you reviewnya, jadi pen beli.
Hihihi sama-sama. Baca deh bukunya powerful banget. 🙂
Hihihi kuy dibeli bukunya. Banyak insight di dalam bukunya. 🙂