Sepanjang perjalanan ke bandara pagi tadi sang driver Uber langganan saya banyak menceritakan pengalaman selama ia bekerja sebagai driver. Beliau ini berasal dari daerah Timur Indonesia tepatnya di Nusa Tenggara Timur yaitu Kupang. Memang dasar orang Timur, kalau cerita itu pasti lucu! Terlebih logat bahasanya yang terkenal dengan “air su dekat kaka..”
Banyak pelajaran yang bisa diambil dari beliau. Sebelum menjadi driver Uber dulunya ia menjadi supir hotel di Jakarta di kawasan Mangga Besar. Seperti yang kita tahu kawasan ini memang menjadi pusat hiburan malam di kota paling sibuk di negara ini. Biasanya ia mengantar para pejabat daerah yang sedang melakukan perjalanan dinas ke Jakarta. Sudah barang pasti jika menginap di daerah sana tentu hiburan yang dicari pun yang …..
Ia sudah 6 tahun berada di lingkungan itu. Lingkungan kawasan malam, yang baginya mengantarkan orderan ‘wanita’ ke para pemesan itu sudah biasa. Yang baginya menemani para tamu untuk masuk ke tempat hiburan malam seperti itu sudah biasa. Satu hal yang saya sangat ingat tentang ceritanya.
Walaupun saya sudah 6 tahun hidup dan bekerja di lingkungan seperti itu, tapi saya merokok pun tidak pak. Kalau lagi menemani tamu di tempat hiburan itu, saya paling minum Coca-cola sampai saya sering diketawain sama orang-orang disana. Minum chivas, beer seperti itu saya tidak mau. Saya ingat istri dan anak saya di rumah..
Bapak ini, orangnya begitu rendah hati, menyenangkan dan selalu tersenyum. Tidak ada terlihat kejenuhan, kelelahan dari wajahnya padahal pekerjaannya selalu berhadapan dengan kemacetan Jakarta, rutinitas yang begitu melelahkan dan membosankan.
Pelajaran yang sangat berharga tentang cara mensyukuri pekerjaan dan keseharian yang sedang kita kerjakan. Seringkali kita masih sering mengeluh tentang pekerjaan kita, tentang lingkungan pekerjaan yang tidak enak, tidak supportif, tidak bersih dan tidak nyaman. Tapi coba lihat diluar sana masih banyak orang-orang yang tidak seberuntung kita yang masih harus berjuang lebih keras untuk menghidupi kehidupan keluarganya.
Bersyukur dan terus berfikir positif, insya Allah hati akan lebih tenang dan lebih berbahagia. 🙂
Hallo Mas Ridwan, bagaimana kabarnya?
Wah, benar-benar tantangan dalam pekerjaan ya. Kebetulan saya bekerja di suatu institusi pendidikan. Tetapi para tenaga pengajarnya tidak memiliki gairah dalam mengajar. Yang ada justru mereka saling mempengaruhi untuk tidak mengajar. Saya sendiri berjuang untuk menolak ajakan mereka. Saya tetap ingin mengajar. Rekan-rekan kerja malah mencemooh ‘kerajinan’. Wah, rasanya dunia sudah terbalik.
Salut dengan sikap bapak supir di atas^^
Alhamdulillah kabar baik. Semangat mas Sugih sebagai agen perubahan negara kita. Karena pendidikan bekal untuk kemajuan bangsa.