Diet Sosial Media. Bagaimana Caranya?

Apa yang salah dengan media sosial? Apa manfaatnya?

Sebetulnya tidak ada yang salah dengan media sosial, karena kehadiran medsos justru banyak memberikan manfaat kepada kita, manusia-manusia yang tumbuh di era digital. Melalui medsos kita mendapatkan banyak informasi, membaca pengalaman orang lain yang dapat dijadikan pelajaran, mendapatkan informasi jadwal kegiatan, berkomunikasi dengan teman, sahabat, dan keluarga, dimanapun mereka berada, bahkan sekarang ada fenomena orang menemukan jodohnya melalui medsos. Semua benar dan sah.

Lalu kenapa gelisah dengan medsos?

Saya bukan ahli agama, jadi saya akan membahas dari sudut pandang keilmuan yang saya miliki, yaitu Psikologi dan kesehatan mental. Sebetulnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan kalau kita mampu mengontrol perilaku diri sendiri, termasuk perilaku dalam menggunakan media sosial. Selama kegiatan berselancar kita di dunia maya tidak mengganggu kegiatan utama seperti bekerja, belajar, mengurus anak, dan lainnya, sebetulnya penggunaan medsos berfungsi baik dan optimal. Apalagi untuk orang-orang yang melalui medsos justru mendapatkan penghasilan bahkan dijadikan sumber pekerjaan utama, maka penggunaan medsos menjadi sangat penting.

Penggunaan medsos membuat gelisah ketika kita mulai menyadari bahwa waktu yang kita gunakan lebih banyak dihabiskan untuk scrolling medsos tanpa mengenal waktu. Kita mulai terganggu dengan tampilan-tampilan yang muncul, dan yang lebih parahnya kita menjadikan kehidupan orang lain di medsos sebagai kiblat hidup kita. Kalau memang sudah merasa terganggu dengan penggunaan medsos sebetulnya ada cara agar kita dapat mengurangi dan mengoptimalkan penggunaan medsos.

Pada laman forbes yang pernah saya baca, seorang pakar kesehatan mental, psikologi dan neuroscience yaitu Alice G. Walton dalam tulisannya yang berjudul “6 Ways Social Media Affects Our Mental Health” menyebutkan bahwa saat ini duduk (sitting) menjadi seperti perilaku merokok. Tahu kenapa? Karena ketika sedang duduk, saat ini orang akan membuka media sosial dan terus berselancar di dalamnya sehingga menghabiskan waktu yang sangat lama untuk melihat informasi yang muncul di newsfeed. Perilaku ini menjadi kebiasaan baru yang tidak sehat untuk mental seseorang. Bahkan American Academy of Pediatrics mengatakan bahwa media sosial berpotensi secara negatif dapat menganggu anak-anak dan remaja, termasuk di dalamnya terjadinya cyber-bullying dan “Facebook depression”. Perlu diketahui dampak negatif itu juga berlaku untuk orang dewasa dan generasi lainnya. Jadi ternyata pengaruh penggunaan medsos berlebihan memberikan dampak pada setiap rentang usia, lho!

Menurut Walton (2017) ada enam dampak negatif dari penggunaan media sosial yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, yaitu:

  1. Menyebabkan adiksi/kecanduan—menghabiskan banyak waktu untuk bermain media sosial bahkan biasanya mengganggu pekerjaan utama.
  2. Menimbulkan perasaan sedih dan berkurangnya kesejahteraan diri—karena kita mengalami penurunan dalam menikmati setiap kejadian dalam hidup yang dialami, kita menjadi cenderung untuk mengalami “perceived social isolation”. Gampangnya kita menjadi individu yang mengandalkan hubungan di dunia maya sehingga pada dunia nyata cenderung hidup menyendiri.
  3. Membandingkan kehidupan kita dengan kehidupan orang lain yang secara jelas ini tidak sehat—apabila kita secara terus menerus melakukan perbandingan hidup dengan orang lain, lama-kelamaan bisa jadi kita mengalami gejala depresi karena tidak tercapainya kepuasan hidup.
  4. Menimbulkan perasaan cemburu yang akhirnya menjadi siklus berulang—selalu cemburu melihat kebahagiaan orang lain.
  5. Membuat kita terjebak pada khayalan dan cara berpikir kita berdasarkan yang diamati di media sosial.
  6. Memiliki lebih banyak teman di media sosial tidak menjadikanmu betul-betul mampu bersosial dengan orang lain—masih lebih penting memiliki teman-teman di dunia nyata yang memberi dukungan secara langsung.

Saya pun berada pada titik dimana saya mulai merasa tidak nyaman ketika berinteraksi dan menggunakan media sosial dalam kehidupan sehari-hari. Saya menggunakan medsos untuk membagikan cerita atau informasi, tapi memang bukan mental public figure saya mulai terganggu dengan komentar-komentar negatif orang lain. Akhirnya saya memutuskan untuk melakukan diet media sosial demi menjaga kewarasan saya.

Saya mencoba menerapkan beberapa cara untuk mengurangi penggunaan media sosial. Begini langkah-langkahnya:

  1. Saya mengawali diet media sosial saya dengan membatasi penggunaan medsos, dalam sehari saya hanya membuka 3 kali yaitu pada saat siang/sore hari setelah selesai beraktivitas yang utama dan malam saat bersantai.
  2. Saya mengurangi keinginan untuk memposting informasi yang sebetulnya ingin saya bagikan melalui medsos saya. Awalnya saya mengalihkan dengan menambah bacaan atau menambah ibadah.
  3. Langkah ketiga, saya mengurangi penggunaan medsos—proyek percobaan adalah saya menantang diri sendiri untuk tidak membuka aplikasi Instagram selama 2 minggu tetapi saya masih memasang aplikasinya.
  4. Diet pun meningkat secara perlahan. Saya menghapus semua aplikasi media sosial di handphone—FYI, sebelumnya saya memang hanya menginstall aplikasi Instagram saja,
  5. Saya tidak benar-benar hilang di medsos, saya masih membukanya hanya melalui browser dan saat saya butuh. Saya membukanya saat mencari informasi kajian ataupun informasi seputar produk tertentu yang ingin saya beli. Setelah selesai mencari, saya tutup laman browser.
  6. Sebelumnya Instagram adalah medsos yang lebih sering saya gunakan, saat ini saya lebih banyak membuka Facebook untuk kepentingan lain. Namun kembali ke siklus sebelumnya saya sangat membatasi penggunaannya hanya bila butuh saat santai dan tidak banyak memposting ataupun berkomentar.
  7. Sibukkan diri dengan kegiatan yang positif supaya tidak terpaku harus bermain media sosial. Butuh teman? Datangi temanmu. Butuh masukan? Datangi orang yang dianggap mampu membantu. Butuh curhat? Ada sajadah panjang terbentang. Hehehe.

Langkah-langkah di atas cukup mudah dan saya sudah mempraktekannya. Kalau bukan kita yang berusaha melindungi diri sendiri, siapa lagi? Selamat mencoba! J

“Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik, begitupun dengan penggunaan medsos yang berlebihan.”

(by: megatala)

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.